Minggu, 19 Mei 2024 | 16:44 WIB
Tanggal 20 Mei bukan hanya diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional di Indonesia, tetapi juga sebagai Hari Bakti Dokter Indonesia (HBDI). Peringatan ini memiliki makna yang sangat penting dalam sejarah pelayanan kesehatan di Indonesia dan menyoroti dedikasi serta kontribusi para dokter dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.
Hari Bakti Dokter Indonesia pertama kali ditetapkan pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketika peringatan HBDI ke-100. Penetapan ini bertujuan untuk menghormati dan mengenang jasa-jasa para dokter yang telah berjuang dan berkorban demi kemajuan kesehatan di Indonesia. Dengan menetapkan 20 Mei sebagai HBDI, bangsa Indonesia diajak untuk tidak hanya mengingat kembali semangat kebangkitan nasional, tetapi juga semangat pengabdian para dokter yang telah memberikan sumbangsih besar dalam berbagai bidang medis.
Peringatan HBDI ke-116 tahun ini mengusung tema "Sinergi Kolaborasi untuk Negeri." Tema ini menekankan pentingnya kerja sama antara berbagai pemangku kepentingan dalam memberikan layanan kesehatan yang lebih baik dan merata. HBDI ke-116 hadir sebagai pengingat akan dedikasi dan komitmen para dokter di seluruh Indonesia dalam memberikan layanan kesehatan yang optimal.
HBDI menjadi momen penting untuk refleksi dan apresiasi terhadap kontribusi para dokter. Pada peringatan HBDI ke-100 yang ditetapkan oleh Presiden SBY, momen ini juga menggarisbawahi sejarah panjang perjuangan para dokter dalam melayani masyarakat Indonesia. Peringatan ini bukan hanya tentang mengenang masa lalu, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa belajar dari sejarah untuk memperbaiki sistem kesehatan di masa depan.
Dr. Wahidin Soedirohusodo
Dr. Wahidin Soedirohusodo adalah seorang dokter dan pahlawan nasional Indonesia yang dikenal sebagai salah satu pendiri Budi Utomo, organisasi pemuda pertama di Indonesia yang menjadi cikal bakal gerakan kebangkitan nasional. Lahir pada tanggal 7 Januari 1852 di Mlati, Sleman, Yogyakarta, Dr. Wahidin menempuh pendidikan kedokterannya di STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) di Batavia.
Sebagai dokter, Dr. Wahidin tidak hanya fokus pada praktik medisnya, tetapi juga memiliki visi yang jauh ke depan tentang pentingnya pendidikan bagi pemuda pribumi. Ia sangat menyadari bahwa pendidikan adalah kunci untuk membebaskan rakyat Indonesia dari penjajahan dan kemiskinan. Untuk mewujudkan visinya, Dr. Wahidin aktif menggalang dana beasiswa bagi para pelajar pribumi agar dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Pada tahun 1908, bersama dengan beberapa pemuda terpelajar lainnya, Dr. Wahidin mendirikan Budi Utomo. Organisasi ini bertujuan untuk memajukan pendidikan dan kebudayaan, serta meningkatkan kesadaran nasional di kalangan rakyat Indonesia. Melalui Budi Utomo, Dr. Wahidin berhasil menginspirasi banyak pemuda untuk terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kontribusinya yang besar dalam bidang pendidikan dan kebangkitan nasional membuatnya dihormati sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah Indonesia.
dr. Radjiman Wedyodiningrat
dr. Radjiman Wedyodiningrat, lahir pada tanggal 21 April 1879 di Yogyakarta, adalah seorang dokter dan tokoh politik yang juga dikenal sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia. Ia menempuh pendidikan kedokteran di STOVIA dan kemudian berkarir sebagai dokter di berbagai wilayah di Indonesia.
Dr. Radjiman adalah seorang nasionalis yang aktif dalam berbagai kegiatan politik dan sosial. Ia dikenal sebagai Ketua BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia), sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang pada masa pendudukan untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Sebagai Ketua BPUPKI, Dr. Radjiman memainkan peran penting dalam merumuskan dasar-dasar negara Indonesia, termasuk Pancasila yang kemudian menjadi ideologi negara.
Selain peran politiknya, Dr. Radjiman juga aktif dalam dunia medis dan pendidikan. Ia sering memberikan ceramah tentang kesehatan dan pentingnya pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup rakyat Indonesia. Kecintaan dan dedikasinya terhadap bangsa dan negara membuatnya dihormati dan diakui sebagai salah satu tokoh besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Penjelasan tentang Dr. Wahidin Soedirohusodo dan Dr. Radjiman Wedyodiningrat mengingatkan kita akan pentingnya peran dokter tidak hanya dalam bidang medis, tetapi juga dalam perjuangan untuk kemerdekaan dan kemajuan bangsa. Kedua tokoh ini menunjukkan bahwa profesi dokter dapat memiliki dampak yang sangat luas, melampaui sekadar penyembuhan penyakit, tetapi juga dalam membangun dan memajukan bangsa.
Peringatan Hari Bakti Dokter Indonesia (HBDI) ke-116 dengan tema "Sinergi Kolaborasi untuk Negeri" adalah momen yang tepat untuk mengenang dan menghargai jasa-jasa para pahlawan medis seperti Dr. Wahidin dan Dr. Radjiman. Melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka HBDI, kita dapat terus menginspirasi para dokter dan tenaga medis untuk melanjutkan perjuangan mereka dalam memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hari Bakti Dokter Indonesia (HBDI) ke-116 menjadi momen penting untuk mengenang kembali jasa-jasa para pahlawan medis yang telah berkontribusi besar bagi bangsa dan negara. Salah satu kegiatan utama dalam peringatan HBDI kali ini adalah ziarah ke makam Dr. Wahidin Soedirohusodo dan Dr. Radjiman Wedyodiningrat. Ziarah ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi memiliki makna yang mendalam dalam menjaga dan menumbuhkan semangat perjuangan di kalangan para dokter Indonesia.
Ziarah ke makam Dr. Wahidin dan Dr. Radjiman adalah sebuah penghormatan atas dedikasi dan komitmen mereka dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kemajuan bangsa melalui profesi kedokteran. Kedua tokoh ini telah menunjukkan bahwa profesi dokter memiliki peran strategis dalam pembangunan bangsa, baik melalui pelayanan kesehatan maupun dalam konteks sosial dan politik. Dengan mengingat kembali perjuangan mereka, diharapkan para dokter masa kini dapat terinspirasi untuk terus mencintai profesi mereka dan memberikan yang terbaik bagi masyarakat.
Menjaga Semangat Perjuangan
Semangat perjuangan yang ditunjukkan oleh Dr. Wahidin dan Dr. Radjiman perlu terus dijaga dan dilestarikan. Para dokter masa kini dihadapkan pada berbagai tantangan, baik dalam konteks pelayanan kesehatan maupun dalam menghadapi perubahan sosial dan teknologi. Dengan meneladani semangat juang dan dedikasi para pendahulu, para dokter diharapkan dapat terus berinovasi dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.
Mencintai Profesi Dokter
Profesi dokter adalah profesi yang mulia, yang menuntut dedikasi, pengetahuan, dan keterampilan yang tinggi. Melalui ziarah ini, diharapkan para dokter dapat merenungkan kembali makna dari profesi mereka dan menumbuhkan rasa cinta yang mendalam terhadap profesi ini. Mencintai profesi dokter berarti selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan, berempati kepada pasien, dan terus belajar untuk menjadi lebih baik.
Memperkuat Organisasi IDI
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebagai organisasi profesi memiliki peran penting dalam mendukung dan memfasilitasi para dokter untuk dapat berkontribusi secara maksimal dalam pelayanan kesehatan. Ziarah ini juga menjadi momentum untuk memperkuat solidaritas dan kebersamaan di antara para anggota IDI. Dengan semangat kolaborasi dan sinergi, IDI dapat menjadi organisasi yang semakin kuat dan mampu menghadapi berbagai tantangan di masa depan.
Menginspirasi Generasi Muda
Ziarah ke makam Dr. Wahidin dan Dr. Radjiman juga memiliki makna penting untuk menginspirasi generasi muda, terutama para mahasiswa kedokteran dan dokter muda. Melalui kegiatan ini, mereka diharapkan dapat mengenal lebih dekat sejarah dan perjuangan para pendahulu, sehingga termotivasi untuk mengikuti jejak mereka dalam memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa.
Momentum HBDI ke-116 dengan kegiatan ziarah ke makam Dr. Wahidin Soedirohusodo dan Dr. Radjiman Wedyodiningrat adalah wujud nyata dari penghormatan dan penghargaan kita terhadap jasa-jasa para pahlawan medis. Melalui kegiatan ini, diharapkan semangat perjuangan, kecintaan terhadap profesi dokter, dan solidaritas dalam organisasi IDI dapat terus terjaga dan ditingkatkan. Dengan semangat "Sinergi Kolaborasi untuk Negeri," para dokter di Indonesia diharapkan dapat terus berkontribusi dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan membangun bangsa yang lebih sehat dan sejahtera.
Bandara YIA, 19 Mei 2024
dr Nirwan Satria SpAn
Wakil Sekjen I PB IDI